Di tengah malam, agak sunyi namun bising
Gadis arogan itu tergelung di atas pualam persegi
Dingin, menggigil
Mulutnya tidak berhenti meraung
Air mata sengaja membasahi kerangka pipi bulatnya
Hidupnya nelangsa. Tak ada bahagia
Percuma mengadu kepada Tuhan, katanya
Yang ada malah gaungan tak berbalas
Hidupnya makin ambyar
Semua jalan yang ditempuh memaksanya tuk menukik tajam
Ke arah lembah kemengkaraan
Tajam, suaranya macam golok yang dipakai Algojo untuk
menjagal kepala sapi
Panas, api dari neraka dua belas membakar habis seluruh
tubuhnya
Sesak, tak ada ruang untuk bernapas, tak punya kuasa tuk
menghirup secuil udara
Iritasi, perih
Semuanya terlihat bergerigi, kasar di kulit
Permukaanya berserat, tak bisa diatur
Semuanya di luar kendali
Derai tawa meluncur dari bibir para perawan
Suara mereka terdengar bebas dan berjiwa
Nuansa anak muda melekat dengan superior
Tak ada kekangan, begelimang dukungan
Dia terdiam, malas menelurkan kata apalagi frasa
Dia bosan untuk peduli.
Terlalu letih untuk mengacuhkan kepala orang lain selain
diri sendiri
Sawangan, 6 Juni 2015
Tidak ada komentar:
Posting Komentar