Malai Nada
Aku duduk di atas bangku
memangku sebuah gitar tua
menatap sepasang bola mata
mencoba
mengatur nada
Dia bersila di atas meja
mengetes dawai bertangga nada
debu tipis yang berterbangan
menyelubungi tubuh ringkihnya
bermandikan
sinar matahari senja
Dalam hitungan ketiga
kupetik gitarku
terdengar sebuah interlude
kubiarkan perasaanku
bermetafora menjadi melodi
dia menjengitkan kepala mengikuti aku
satu dua tiga, jemarinya ikut melukis
sebuah irama
lebih cepat dari andante, bersemi seperti kelopak bunga matahari
ringan, hangat, dan manis
aku pun terbawa suasana
presensi dia dengan sebuah gitar
adalah bencana
macam jampi dukun yang memperalatku
napasku jadi tercekat
jiwaku
melayang bebas
dia seperti pakar akustika, melebihi
Abang Iwan
untaian nada dari gitar kami bergema
menjadi satu
jelas terngiang birama terner, berpacu
dalam melodi
seperti
nyanyian musim panas, tempo berubah ke arah allegro
satu dua dan tiga
scenery kita lebih indah dari
lembayung senja
kembali kutekankan, aku sumpah mati
jatuh cinta
pada
gitarnyaentah kenapa, tapi gue sangat favoritin puisi asal buat gue yang satu ini :) manis banget feel-nya menurut gue, hehehe...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar