Sabtu, 08 November 2014

LINGUSTIK DARI SEGI SEJARAH

Linguistic dari segi sejarah
a.       Periode awal
Periode awal dicirikan olh factor logika yang menjadi tumpuan analisis. Periode ini masih dapat dibagi atas :
a.       Masa india
b.      Masa yunani
c.       Masa romawi
d.      Masa pertengahan
e.      Masa renaissance


1.       Masa india
Di india piagam-piagam Asoka dianggap dokumen tertulis yang tertua. Meskipun di indi tulis-menulis telah dikenal, tetapi cara belajar yang disampaikan secara lisan masih berlangsung sampai awal abad ke-19.
Di india orang mempelajari bahasa untuk tujuan ritual, artinya dengan mempelajari bahasa (Sansekerta) secara lebih seksama, mereka dapat mengucapkan doa-doa yang terdapat dalam buku-buku Veda secara lebih baik. Dengan pengucapan yang baik itu diharapkan perminraan kepada dewa akan terkabul.
Abjad yang dipergunakan ialah abjad Brahmi yang menurut Buchler telah ada sejak abad ke-5 SM. Abjad ini menurut dugaan diciptakan oleh kaum Brahmana yang cerdik, dan terdiri dari 46 huruf yang kemudian oleh Panini diambil sebagai dasar untuk menyusun tata bahasanya.
Mempelajari bahasa di india ditujukan untuk kepentingan agama. Bunyi2 yang dipelajari semata-mata untu menjaga hikmah yang terkandung dalam Veda.
2.       Masa yunani
orang Yunani yang pada saat itu bergerak dalam bidang bahasa berupa filosof cenderung mempersoalkan mengapa terjadi peristiwa2 tersebut. Plato yang terkenal dengan percakapan yang berjudul Kratylos atau Cratylus mempersoalkan hubungan antara lambing dan acuannya. Socrates (460 – 399 SM) berpendapat bahwa lambing harus sesuai dengan acuan. Sedangkan, Aristoteles (384 – 322 SM) berpendapat bahwa hubungan atara lambing dan acuan bersifat konvensional (pemufakatan masyarakat pemakai bahasa). Kita melihat disini adanya pertentangan antara physei dan nomos antara nature dan conventional.
Plato membaginya atas onoma (nomen) dan rhema (verbum). Oleh aristoteles pembagian ini dijadikan tiga yakni, onoma, rhema, dan syndesmoi.
Oleh kaum stoa yang berkembang pada awal abad ke-4 SM, kelas kata di atas diperluas menajdi empat, lalu lima, yakni, nomen, verbum, syndesmoi, arthrom (kata sndang).
Oleh kaum Alexandrian, tokoh yang terkenal Dionysius Thrax dibagi ajdi delapan :
1.       Onoma, kata benda
2.       Rhema, kata kerja
3.       Metosche, partisipel
4.       Arthrom, kata sandang
5.       Antonymia, kata ganti
6.       Prosthesis, kata depan
7.       Epirhema, kata keterangan
8.       Syndesmoi, kata sambung.

3.       Masa Romawi
Pada masa romawi kelas kata yng delapan tadi ditambah satu lagi. Yaitu, numeralia (kata bilangan)
Tokoh romawi yang hati-hati dalam membahasnya dlm bidnag linguistic bahasa latin ialah Varro (116 – 27 SM) varo mengarang sebuah buku berjudul De Lingua Latina. Selain Varo ada juga Priscia yang dikenal sebagai peletak dasar tata bahasa Pricia. Pada tata bahasa itu dibicarakan, fonologi, morfologi, sintaksis.
Berbicara ttg kelas kata priscia membaginya jd delapan kelas yakni
1.       Nomen
2.       Verbum
3.       Participium
4.       Pronomen
5.       Adverbiu
6.       Praepositio
7.       Interjection
8.       Conjuntio

Terus berkembang kebudayaan Yunani yg disebut Hellenisme. Pengaruhnya terdapat pada Alexandria di aman ilmu pengetahuan disoroti berdasarkan ajaran Stoa. Ada tiga hal utama dr kelompok Stoa yakni: a. pembedaan antara studi bahasa secara logika dan studi bahasa secara gramatikal, b. usaha menciptakan istilah teknis yang berhubungan dengan bahasa,  dan c.pembedaan



Tidak ada komentar:

Posting Komentar