Kamis, 09 Oktober 2014

Sejarah Kesusastraan Indonesia (Novel-novel Legendaris Setiap Angkatan)

balik lagi, ini tugas makalah sejarah kesusastraan indonesia dengan konteks penjelasan novel-novel legendaris di setiap angkatan beserta keklurangan dan kelebihannya. 
semoga bermanfaat!!

MAKALAH
SEJARAH SASTRA INDONESIA



Disusun oleh :
RATNAWATI (2014070108)
GILANG PRASETYO HADY (201407150)

Kelas : 01SINPA
Program Studi : Sastra Indonesia






1.      Pendahuluan

·      Latar Belakang
Sejarah sastra adalah ilmu yang memperlihatkan perkembangan karya sastra dari waktu ke waktu. Sejarah sastra bagian dari ilmu sastra yaitu ilmu yang mempelajari tentang sastra dengan berbagai permasalahannya. Di dalamnya mencakup teori sastra, sejarah sastra dan kritik sastra, di mana ketiga hal tersebut saling berkaitan.

Selanjutnya (Todorov; 1985: 61) mengatakan bahwa tugas sejarah sastra sebagai berikut :
1.               Meneliti keragaman setiap kategori sastra.
2.               Meneliti jenis karya sastra baik secara diakronis.
3.               Maupun secara sinkronis.
4.               Menentukan kaidah keragaman peralihan sastra dari satu masa ke masa berikutnya.

Dalam pembahasan kali ini kami diberikan kesempatan untuk menjelaskan novel-novel legendaris setiap angkatan yang pada akhirnya akan dikaji kekurangan dan kelebihannya pada setiap angkatan. Sastra yang merupakan suatu estetika tulisan bukan sebagai alat dari bahasa itu sendiri melainkan sebuah bahasa itu sendiri yang mengantarkan kata-kata untuk dibukukan menjadi suatu novel legendaris pada setiap angkatan.

·         Rumusan Masalah
Berdasarkan Tujuan Khusus mata kuliah Sejarah Kesusastraan Indonesia, porsi yang kami bahas adalah mengenai . Dengan pokok bahasan lebih spesifik yaitu:
1.      Penjelasan novel-novel legendaris setiap angkatan
2.      Membandingkan kekurangan dan kelebihan novel legendaris setiap angkatan

·         Tujuan Penulisan

Tujuan penulisan ini di bagi menjadi 2 yaitu, tujuan umum dan khusus:
·         Tujuan Umum
·         Untuk mengetahui novel novel legendaris Indonesia di setiap angkatan.
·         Memberikan informasi kepada teman-teman sekalian mengenai kekurangan dan kelebihan novel novel legendaris tersebut.
·         Diharapkan dapat menambah pengetahuan para pembaca makalah.

·         Tujuan Khusus
·         Memenuhi tugas mata kuliah Sejarah Kesusastraan Indonesia.



2.      Isi

Novel-novel Legendaris Setiap Angkatan
Dalam sejarah sastra Indonesia, karya sastra bisa dibagi berdasarkan periodisasinya. Periodisasi adalah pembagian kronologi perjalanan sastra atas masanya, biasanya berupa dekade-dekade. Pada dekade-dekade tertentu dikenall angkatan-angkatan kesusastraan, misalnya Angkatan Balai Pustaka, Angkatan Pujangga Baru, Angkatan ’45, Angkatan ‘66 dan Angkatan 2000.
Kedua istilah itu (dekade dan angkatan) bisa digunakan secara bersamaan, bahkan adakalanya angkatan kesusastraan tertentu diberi nama dekade tertentu.
Dimulai dari masa Balai Pustaka, sejarah kesusastraan Indonesia bisa dirinci atau dilakukan periodisasi berikut ini:
1.      Angkatan Balai Pustaka (Dekade 20-an)
2.      Angkatan Pujangga Baru (Dekade 30-an)
3.      Kesusastraan Masa Jepang
4.      Angkatan ‘45
5.      Sastra Dekade 50-an
6.      Sastra Angkatan ’66 (Generasi Manifes Kebudayaan)
7.      Sastra Dekade 70-an s.d. 80-an /Angkatan 80-an
8.      Sastra Mutakhir/Terkini (Dekade 1990-an dan Angkatan 2000).
9.       
Dalam setiap angkatan/periodenya, kesusastraan tentu memiliki tokoh-tokoh sastrawan-sastrawati baik pengarang yang mencipta bentuk-bentuk prosa maupun penyair yang mengarang bentuk-bentuk puisi. Kadang-kadang sang pengarang juga sekaligus penyair karena ia mencipta dua bentuk sekaligus, yakni puisi dan prosa fiksi, misalnya Muhammad Yamin, Sanusi Pane, Sutan Takdir Alisyahbana, Ayip Rosidi, Motenggo Boesye, Rendra, Kuntowijoyo, Emha Ainun Najib, Afrizal Malna, Abidah Al Khalieqy, Helvy Tiana Rosa, dan Iain-lain.

Karya Sastra Terpenting dan Ciri-ciri pada Tiap-tiap Periode
Di atas telah disampaikan periodisasi kesusastraan Indonesia diawali dari Angkatan Balai Pustaka yang mulai berkiprah pada era 20-an sampai Angkatan 2000sekarang ini. Pada masing-masing angkatan/periode muncul hasil-hasil karya sastra yang penting dan monumental yang dikarang oleh sastrawan-sastrawati terkenal, baik berbentuk prosa fiksi, puisi maupun naskah drama. Karya sastra pada masing-masing angkatan/periode memiliki ciri-ciri tertentu.

Angkatan Balai Pustaka/Dekade 20-an, tokoh-tokohnya:
a.       Marah Rusli dengan karyanya roman “Siti Nurbaya”.
b.      Muhammad Yamin dengan karyanya kumpulan puisi “Tanah Air”,
c.       Abdul Muis dengan karyanya roman “Salah Asuhan”.
d.      Rustam Efendi dengan karyanya kumpulan puisi “Percikan Permenungan”.
e.       Nur Sutan Iskandar dengan karyanya roman “Katak Hendak Jadi Lembu”.


Angkatan Pujangga Baru/Dekade 30-an dengan tokoh-tokohnya:
a.       Sutan Takdir Alisyahbana dengan karyanya roman “Layar Terkembang” dan
b.      Kumpulan puisi “Tebaran Mega”.
c.       Armijn Pane dengan karyanya roman “Belenggu”.
d.      HAMKA dengan romannya “Tenggelamnya Kapal Van der Wijck”.

Kekurangan dan Kelebihan novel-novel di angkatan 20 - 30 adalah sebagai berikut:
a.       Tema berkisar masalah adat dan kawin paksa
b.      Isinya kebanyakan mengkritik keburukan adat lama dalam soal perkawinan.
c.       Tokoh-tokohnya diceritakan sejak muda hingga meninggal dunia
d.      Konflik yang dialami para tokoh kebanyakan disebabkan perselisihan dalam memilih nilai kehidupan (barat dan timur)
e.       Pleonasme (menggunakan kata-kata yang berlebihan)
f.       Bahasa terkesan kaku dan statis
g.      Bahasanya sangat santun
h.      Para penulisnya kebanyakan berasal dari Pulau Sumatera

Kesusastraan Masa Jepang dan Angkatan ‘45 dengan tokoh-tokohnya:
a.       Chairil Anwar dengan kumpulan puisinya “Deru Campur Debu”.
b.      Usmar Ismail dengan dramanya “Citra”
c.       Pramudya Ananta Toer dengan romannya “Percikan Revolusi”
Di era sekarang Pramudya terkenal dengan caturlogi roman Pulau Buru.

Kekurangan dan Kelebihan Angkatan `45 adalah sebagai berikut :
Kekurangan Periodisasi Angkatan `45 :
a.       Pada angkatan `45, karya sastra yang muncul umumnya bersifat patriotik, sehingga karya sastra yang temanya bukan patriotik tidak begitu dikenal;
b.      Tidak mengetahui persepsi pembaca pada masa itu;
c.       Tidak mengetahui kritik yang muncul untuk tiap-tiap karya sastra (novel,dll) yang ada pada masa itu;
d.      Rancunya penempatan pengarang dan karya sastra pada periode tersebut dikarenakan beberapa pengarang yg masih produktif di beberapa periode berikutnya;
e.       Karya sastra yang berisi tentang kritikan untuk pemerintah pada masa itu tidak diterbitkan (tidak dipopulerkan);
f.       Pada masa sebelum kemerdekaan banyak karya sastra yang dibatasi perkembangannya;
g.      Karya sastra yang tidak berbahasa nasional (berbahasa daerah) tidak dimasukkan dalam periode ini.

Kelebihan Angkatan `45 :
a.       Karya sastra angkatan `45 masih populer pada masa itu hingga sekarang;
b.      Memudahkan pembaca selanjutnya untuk melakukan penelitian (pencarian) karya-karya sastra yang ada pada periodisasi `45;
c.       Banyak karya sastra yang menumbuhkan jiwa kebangsaan dan rasa nasionalisme;
d.      Pada periode ini, banyak pengarang yang sudah berani melahirkan karya-karya sastra yang bebas dan tidak terikat pada konvensi, misalnya dari segi rima, bait, isi, dll.

Dekade 50-an dengan tokoh-tokohnya antara lain:
a.       Ayip Rosidi dengan novelnya “Sebuah Rumah Buat Hari Tua”.
b.      Motinggo Boesye dengan dramanya “Malam Jahannam”.
c.       Nh. Dini dengah novelnya “Hati yang Damai”.
d.      Rendra dengan kumpulan puisinya “Balada Orang-orang Tercinta”.
e.       Mochtar Lubis dengan novelnya “Jalan Tak Ada Ujung”.

Angkatan ‘66 dengan tokoh-tokohnya antara lain:
a.       Ramadhan KH dengan novelnya “Royan Revolusi” dan kumpulan puisi “Priangan
Si Jelita”.

Kelebihan dan kekurangan novel atau karya sastra di Angkatan ’66 :
b.      Mulai dikenal gaya epik (bercerita) pada puisi (muncul puisi-puisi balada)
c.       Puisinya menggambarkan kemuraman (batin) hidup yang menderita
d.      Prosanya menggambarkan masalah kemasyarakatan, misalnya tentang perekonomian yang buruk, pengangguran, dan kemiskinan
e.       Cerita dengan latar perang dalam prosa mulai berkurang, dan pertentangan dalam politik pemerintahan lebih banyak mengemuka
f.       Banyak terdapat penggunaan gaya retorik dan slogan dalam puisi
g.      Muncul puisi mantra dan prosa surealisme (absurd) pada awal tahun 1970-an yang banyak berisi tentang kritik sosial dan kesewenang-wenangan terhadap kaum lemah

Angkatan 70-an – 80-an dengan tokoh-tokohnya antara lain:
a.       Sutardji Calzoum Bachri dengan kumpulan puisinya ”O Amuk Kapak”.
b.      Iwan Simatupang dengan novelnya “Ziarah”.
c.       Y.B. Mangunwijaya dengan novelnya “Burung-burung Manyar”.
d.      Putu Wijaya dengan novelnya ”Telegram”, dan drama “Dag Dig Dug”.
e.       Kuntowijoyo dengan novelnya “Khotbah di Atas Bukit”
f.       Yudhistira Ardi Noegraha dengan novelnya “Mencoba Tidak Menyerah”.
g.      Umar Kayam dengan novelnya “Para Priyayi”.
h.      Ahmad Tohari dengan trilogi novel “Ronggeng Dukuh Paruk”.

Setiap angkatan karya sastra pasti memiliki kelebihan dan kekurangan, seperti  pada angkatan 80-an.
Kelebihan karya sastra angkatan 80-an:
a.       Memiliki wawasan estetik yang luas;
b.      Bertema tentang roman percintaan dan kisah kehidupan ini pun didasari oleh kemajuan ekonomi dan hidup yang indah bagi masyarakat sehingga memberi kesan kebahagiaan bagi pembacanya;
c.       Menekankan pada pemikiran dan cara penyampaian dalam karya sastra;
d.      Periode 80-an ini merupakan sastra yang dinamik yang bergerak bersama masyarakat Indonesia untuk menuju kehidupannya yang baru dengan wawasan konstitusional;
e.       Para sastrawan mengikuti perkembangan jaman yang dituntut adanya keberanian dan kreativitas untuk berkarya;
f.       Periode 80-an ini karya sastra film juga berkembang pesat dan;
g.      Karya  sastra 1980-an ini juga tumbuh sastra yang beraliran pop.

Kekurangan karya sastra angkatan 80-an:
a.       Karya sastra angkatan 80-an diwarnai dengan aturan-aturan yang ketat dan dipengaruhi oleh kegiatan politik;
b.      Karya sastra yang lahir pada tahun 80-an dipengaruhi proses depolitisasi;
c.       Sastra yang muncul jadi tidak sesuai dengan realitas sosial politik serta tidak menunjukkan kegelisahan dan kesakitan kolektif masyarakat pada masa itu.


Sastra Mutakhir (Dekade 90-an dan Angkatan 2000) dengan tokohnya antara lain:
Ayu Utami dengan novelnya “Saman” dan “Larung”
Andrea Hirata dengan novelnya Laskar Pelangi, Sang Pemimpi, Edensor, dan Maryamah Karpov, dan masih banyak lagi.
Kelebihan dan Kekurangan Dekade 90-an dan Angkatan 2000 :
a.       Isi karya sesuai situasi Reformasi
b.      Bertema social-politik, romantic, naturalis
c.       Produktivitas karya sastra lebih amrak lagi seperti cerpen, novel, puisi
d.      Banyak munculnya sastrawan baru yang membawa angina abrudalam kesusastraan Indonesia, contohnya Ayu Utami yang muncul di akhir tahun 90-an
e.       Tema social-politik, romantic, masih mewarnai tema karya sastra
f.       Banyak muncul kaum perempuan
g.      Disebut angkatan modern
h.      Karya sastra lebih marak lagi, termasuk adanya sastra Koran
i.        Adanya sastra bertema gender perkelaminan, seks, dan feminism
j.        Banyak muncul karya popular yang mudah dicerna dan dipahami para pembaca
k.      Adanya sastra religi
l.        Muncul cyber sastra di internet




3.      Penutup

Kesimpuan
            Setelah mengkaji novel-novel legendaris pada masanya kami pun dapat menyimpulkan bahwa setiap angkatan mempunyai ciri khas yang saling berbeda satu sama lain namun secara keseluruhan saling menyambung searah dengan perkembangan zaman.

Kentara sekali di Angkatan 2000 keatas dimana teknologi sudah mulai tersentuh, novel menjadi lebih mudah popular, karena dimudahkan dengan melakukan aksi ‘cuap-cuap’ di akun jejaring social yang dimiliki yang otomatis terhubung langsung dengan orang luar. Namun, terlepas dari itu, tak bisa juga kita tinggalkan Angkatan 20-30, Angkatan ’66 hingga Angkatan ’70 – ’80 yang tak lain dan tak bukan adalah ladang penghasil karya sastra novel roman legendaris yang ajaibnya sampai sekarang pun masih tetap menjadi primadona bagi setiap kalangan.

Karena, tutur bahasa, keindahan sastra, serta garis cerita dibaliknya yang menjadi satu kesatuan dan ciri pada angkatan ‘lampau’ itu menjadi seperti magis tersendiri yang mampu bertahan menjaga eksistensi mereka di zaman sekarang ini. Sebersit contoh kecil ialah, novel roman karya HAMKA, Tenggelamnya Kapal Van der Wijk yang diangkat ke layar lebar dengan judul yang sama dan disajikan secara sekuel terbukti mampu menyedot perhatian khalayak umum.

Singkatnya, karya sastra apapun itu bentuknya, akan bertahan sepanjang masa, terbukti tak lekang oleh waktu bilamana di dalamnya terkandung nilai estetika sastra yang mampu melawan zaman agar tetap eksis.




Daftar Pustaka




Yudiono K.S.,pengantar sejarah sastra indonesia.Grasindo:Jakarta.2007



Tidak ada komentar:

Posting Komentar