Kamis, 21 Januari 2016

Jurnalis Dadakan


Sudah menjadi tradisi kalau menjelang UAS, tugas bertebaran di mana-mana. Sama halnya dengan hal yang baru aja gue lakuin hari ini; membuat satu video liputan untuk tugas Ilmu Pengantar Jurnalistik, pada tanggal 21 Januari 2016.

Gue termasuk ke dalam kelompok empat di mana personelnya terdiri dari: Berry, Kak Irwan, Mia dan Gue. Dari pagi sampai ketemu sore, kami jalan-jalan di tiga kota, dua provinsi dan satu negara.


Separuh dari planning Kak Irwan dan gue lewat diskusi via chat room, sudah dikerjakan hari Rabu kemarin. Di mana gue dan Mia terjun ke lapangan untuk meminta tanggapan masyarakat mengenai Kebijakan Kantong Plastik Berbayar(content berita kelompok gue yang digagasi oleh Kak Irwan). Sebenarnya, ide awalnya tidak seperti itu di mana rencananya kami akan meliput mengenai fasilitas umum di kota Tangerang selatan.

Namun mengingat narasumber yang akan diwawancarai nanti itu adalah instansi pemerintahan, kami kembali berpikir. Akhirnya setelah diskusi singkat dan padat, kami membatalkan ide tersebut. alasannya, birokrasi yang sulit membuat kami jiper duluan. Padahal, sebelumnya gue udah survey (gagal, haha) ke kantor pemerintahan kota Tangsel. Dan asli itu jauh bener. Berbekal Google Map gue pun ke daerah Muncul dan setelah nyampe di sana, gue ngga ketemu tempat yang gue tuju. Which means, gue emang ngga berbakat dalam mengolah aplikasi yang satu itu :D

Back to the topic. Anyway, kegiatan peliputan kali ini bener-bener unexpected. Amazing. Gue sangat mengamini stetmen kenyataan tak sebanding harapan. Pasalnya, dari awal aja udah timbul sedikit problem which is ini adalah murni karena kesalahan gue. Dalam hati, gue merutuki kebodohan dan ketidaktahuan gue soal adanya du ataman di daerah BSD. Alhasil, untuk janjian tempat kami udah salah (no, lebih tepatnya gue sih yang salah, haha). Tapi di lapangan tadi dengan sok cool-nya gue bersikap tidak terjadi apa-apa. Terlalu tengsin untuk mengakui kalau gue salah alamat :D haha.

Kemudian, setelah kuartet ini bertemu, kami memutuskan untuk balik ke Family Mart. Berdiskusi sejenak di tengah hiruk pikuk wisuda yang menghasilkan para mahasiswa bertitel sarjana. Sejujurnya dalam tiap diskusi, bisa dibilang gue ini fokus tetapi satu kelemahan gue justru gue ngga mau dicap sebagai orang yang bodoh. Yap, gue sebut ini sebagai kelemahan karena pada dasarnya ini memang kelemahan gue yang coba gue tutupi. Haha. Agak ngga nyambung ya sama posting-an ini tapi ya ngga apa-apalah.

Dalam diskusi ini, keputusan yang dihasilkan yakni durasi video dan video tanggapan yang mesti ditambah lagi.  Alhasil gue dan mia (lagi :D) turun ke lapangan sekitar UNPAM untuk mengambil lima video tanggapan. Jujur ya, untuk soal wawancara yang satu ini agak gampang-gampang susah. Paling sulit deh meminta bantuan sama pelajar. Gue sama Mia udah pelan-pelan memberikan ulasan tentang Kebijakan Kantong Plastik Berbayar. Mending kalau ulasannya dikit, nah ini Mia sama gue udah ngomong sampai berbusa dan pada akhirnya mereka bilang, “maaf ya, Kak. Aku ngga bisa.”

Huhuhu, sakit rasanya tjoi. Yah tapi karena kita ngga mau maksa (bukan ngga bisa lho ya. bisa maksa sih, tapi ngga mau aja :D) yaudah kita let it go dan cari narasumber yang lain. Selama proses wawancara ini, banyak keseruan yang gue dapet. Gue kaya balik ke tahun 2013 silam, ceilah. Di mana saat itu gue masih berseragam SMU dan mengharuskan untuk mewawancarai tiga orang bule (kisah selengkapnya bisa dibaca di sini).

Gue menemukan orang yang ogah-ogahan untuk dimintai bantuan (padahal gue udah minta secara baik-baik plus senyuman lho, haha). Yang ngga tahu-menahu saol ini itu juga ada. Sampai yang eksis bin narsis mendekati sporadis(ini serem ya…) juga ada.


Tempat pengambilan gambar kami sepakat memilih Taman Ayodya di Barito. Nah, proses hari ini pada akhirnya fokus pada pengambilan gambar untuk intro, content, beserta closing dari berita yang ingin kami sajikan. Nah ini nih, untuk pengambilan intro aja, wuihhh jangan ditanya kenapa deh. ABSURD sekali. hahaha :D

Kami serempak untuk menunjuk Berry sebagai main anchor di video liputan kami dnegan gue dan Mia sebagai cameo. Kak Irwan yang sedari awal mengarahi kami ke sana-sini pun jadi pengarah lapangan dan kamera, produser, sampe editor juga.

Asal tahu aja ya, untuk pengambilan prolog video aja kami ngambil lebih dari sepuluh take. Bayangin itu. rasanya kaya gimana? Padahal, lagi-lagi harapan berkata kalau kami bisa bungkus dalam sekali one take. Namun kenyataan lagi-lagi berkata lain. haha.

Alhasil, selama dua jam penuh (dari pukul satu siang sampai setengah empat sore) kegiatan difokuskan untuk pengambilan intro. Alhasil, dengkul jeans gue berlumur tanah karena gue yang ngedeprok demi mendapatkan angle yang pas untuk pengambilan gambar. Yap, selain menjadi penulis naskah gue juga kebagian porsi sebagai camerawoman di sesi pertama. Oh ya, tambahan, gue juga kebagian tugas editing. Di mana mengharuskan gue untuk trimming some videos yang akan dijadikan sebagai content.

Selanjutnya, untuk closing ment, gue muncul di sini. sesuai dnegan planning, dalam bagian ini salah tiga dari kami akan muncul sembari menyuarakan ajakan juga solusi terkait kebijakan yang dicanangkan oleh Kementrian Lingkungan tersebut. dan ini adalah klimaksnya. Kami gagal fokus. Tanpa alasan, Kak Irwan tiba-tiba ketawa cekikikkan ketika merekam kami lantaran jatahnya sebagai cameramen. Bang Berry dengan seribu pasang video dibuang sayangnya, juga melakukan NG. Sejenak lihat ke arah kamera, kami gagal fokus lantaran ekspresi komikal Kak Irwan yang emang minta diketawain. Rasa-rasanya wajah Kak Irwan itu memang full of excuse.  dan gue yang ngga kedapatan jatah practice lantaran dua reporter di atas gue yang mesti ngambil ulang take.

Penuh dengan perjuangan, keringat, dan usaha garis keras menahan tawa, pada kisaran pukul setengah empat sore, video closing selesai di-take. Dalam preview video tersebut, gue ngga bisa lihat muka gue sendiri dengan alasan gue ngga mau. Ya Allah, itu muka mirip lap yang kucel. Wkwkwk, minta ampun banget muka gue.

Anyway, terlepas dari itu semua, Alhamdulillah kami bisa enjoy proses peliputan yang serba absurd ini. We did enjoy the progress, sincerely. Banyak hal yang gue dapat dari tugas Jurnalistik kali ini. seperti bagaimana berkomunikasi yang benar dan baik kepada orang lain. how to make people understand and how to get people to help you and many more. Dan, gue ngerasain banget kalau dalam pengerjaan tugas ini gue lebih banyak senyum. Alih-alih mengeluh, senyuman otomatis tercetak begitu saja di atas bibir setiap gue mewawancarai narasumber. Mendadak buat diri gue sendiri jadi risih dan mencibir habis-habisan tampang gue yang sangat komikal dan jauh dari kata struktural.

Intinya, selain waktu dan materi yang terkuras untuk tugas ini, kami yakin kalau apa yang kami lakukan ini memang worth to do. Untuk hasil akhir yang membahagiakan, gue percaya kita pasti bisa menciptakannya. Haha. Baik, sekian jurnal singkat hari ini.

Cheer up your day with smile! Fighting!


Tidak ada komentar:

Posting Komentar