Sabtu, 20 Juni 2020

Sebermula Kesedihan


Kesedihan itu datang dari mana?

Selepas saya melunasi utang bacaan buku puisi Adimas Imanuel, pertanyaan hablur itu yang muncul. Masuk akal, sih. Wong bacaannya sendiri tidak lepas dari bagaimana aksara merayakan kesedihan. Begitu pula rentetan kejadian yang menimpa saya sekeluarga. Adik yang masih bolak-balik rumah sakit. Kemudian, saya yang tiba-tiba kecelakaan – pun celaka ini tidak ada yang merencanakan. Biasanya yang in charge untuk bolak-balik rumah sakit itu saya. Tapi, kaki kiri saya belum bisa diajak lari sana sini karena masih ada luka jahitan. Sedih? Ngga usah ditanya.

Begitu pula dengan kantor tempat saya bekerja yang tidak memberi saya kesempatan untuk WFH. Kebijakan yang harus tetap WFO di tengah pandemi begini, pun kaki saya yang dibawa untuk jalan masih terseok-seok.

Dunia masih akan menggila.

Saya sebagai manusia malah dituntut untuk tetap waras. Edan.

Kalau boleh jujur, kesedihan yang saya rasakan ini datangnya dari saya sendiri.